Yang Tertinggal di Pendakian Gunung Slamet

Halo halo ada yang masih baca gak ya? Hmm semoga aja ada ya, hampir dua tahun lebih gue postpone untuk nulis, tapi ujung - ujungnya balik lagi karena kangen:') Oke karena ini bakalan panjang ceritanya, gue gak mau membuang waktu dan cerita ini di mulai pada Februari 2019.


Februari 2019.

Jadi sekitar bulan Februari, salah satu temen kantor gue mengajak gue untuk ikut rombongannya mendaki Gunung Slamet, sebut aja namanya Maul. Jujur saat itu gue sangat amat excited, karena apa? Cuy udah lama banget gak nanjak, sebelumnya dia juga sempat ngajak gue nanjak ke Gunung Gede tapi gue gak mau karena posisinya di rombongan itu gue cewek sendiri hmm (ribet men, kalau ada apa - apa pasti susah). Setelah ngumpulin masa, akhirnya terkumpulah 12 orang yang diantaranya 3 cewek dan 9 cowok. Di pendakian kali ini ada tiga orang yang newbie banget (baru pertama kali naik gunung dan langsung Slamet, gila gak lu?), tapi karena mereka niat dan mau jadi yaudah gas terus dong.

Sedari bulan Februari kita mulai nyiapin semua hal yang diperlukan di pendakian, karena masanya banyak udah pasti yang disiapin itu banyak pula. Mulai dari list alat, budget, keperluan kelompok, logistik, menu makan, susunan acara, obat - obatan, keperluan pribadi, sampai dengan latihan fisik (plus latihan mental). Gue mulai mengeluarkan kembali tas carrier gue:') tas yang udah robek sana - sini, plus pengait yang ilang sana - sini akhirnya gak gue pake. Gue berujung dengan tukeran tas sama salah satu teman gue. Kemudian gue bongkar lagi nesting, celana cargo, jaket, sepatu (yang berujung minjem juga karena sepatu gue jenis tracking sekaligus sisa atribut PDL kampus wkwk), matras, senter, sarung tangan, pokoknya segala kelengkapan pendakian yang hampir 3 tahun gak gue sentuh lagi (terakhir itu 2016 dan itu pun "kabur" dari kewajiban skripsi). Setelah semuanya lengkap, masuk ke tahap izin ke bokap (gue biasanya izin ke nyokap h-2 hari biar doi gak bisa nolak alias maksa hahahaha), bokap ngizinin asal gak ada tuh lecet, patah kaki bahkan luka fisik yang dibawa ke rumah. Dia mau anaknya pergi sehat pulang sehat, jadi tanggung jawab sama diri sendiri. Oke, alat udah lengkap, izin dapet, saatnya latihan fisik. Gue mulai dengan jogging tiga puteran GBK sampai akhirnya berujung di lari tujuh puteran, lanjut lagi zumba dan naik turun tangga di rumah. Selesai dong, h-2 minggu kumpul buat briefing dan nyatuin alat. Dah deh lancar pokoknya alhamdulillah.


April 2019.

Kalau kalian ingat bulan April itu ada pemilihan Presiden, kalian juga pasti inget dong kerusuhan yang terjadi? Iya, gue hampir gagal pergi gara - gara issu kerusuhan tersebut. Bokap ngelarang gue habis - habisan, ditambah emak gue langsung ngomel karena untuk bepergian situasinya gak kondusif. Tapi dikarenakan gue pengen banget pergi (JANGAN DICONTOH YAP GAK BAIK), gue terus berusaha yakinin bokap dan nyokap gue dan......berhasil pemirsa!

Kamis, 18 April 2019.

Hari yang ditunggu pun tiba, kita semua izin masuk kantor lebih pagi supaya bisa balik jam lima sore. Untuk akomodasinya kita sewa satu mobil travel (PP) yang akan ngejemput di kosan Mamad di bilangan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Sekitar pukul setengah 7 malam (he eh ngaret ya), akhirnya kami berangkat menuju Gunung Slamet. Selama di perjalanan masing - masing dari kita ada yang mulai tidur, ada yang mengobrol, bahkan udah ada yang ngeplay list lagu dangdutnya sendiri. Sumpah ya, namanya juga jalan - jalan sama anak cowok ya ada aja sist kelakuannya. Setelah kurang lebih 4 jam perjalanan akhirnya kami menepi terlebih dahulu di rest area, di sini kami makan, sholat dan lanjut deh cowok - cowok ngerokok dulu. Ya namanya juga cewek males juga udah jam 11an makan padang, akhirnya gue, Amel dan Arum makan di KFC (mikirnya karena tiga hari kedepan gak makan ini ayam hahaha). Setelah semua urusan masing - masing selesai, kami melanjuti perjalanan karena target kami jam 7 udah mulai mendaki.

Jumat, 19 April 2019.

Tepat ukul empat subuh, kami sampai di parkiran pos Bambangan. Nasib mau dikata apa, pos ini udah penuh banget sama pendaki bahkan buat parkir aja gak bisa. Akhirnya Sapri inisiatif untuk naik ke atas (sebelum pos), siapa tau ada rumah warga yang bisa disewa dan ternyata ada! Alhamdulillah. Akhirnya kami gelar matras di rumah tersebut kemudian membereskan barang sembari istirahat menunggu adzan Subuh. 

Suara adzan mulai berkumandang, masing - masing dari kami mulai mempersiapkan diri untuk cuci muka, sikat gigi, kemudian lanjut sholat, tunggu...mandi? Ya nantilah pas selesai muncak:). Waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, kami yang sudah sarapan, streching dan berpakaian mendaki yang lengkap mulai beriringan menuju pos untuk registrasi. Maul dan Bivak bertugas untuk antri registrasi data kami semuanya, sisanya mengisi dengan berswafoto sekaligus mentag video (untuk teaser). Regist beres, lanjut berdoa. Gue punya kebiasaan setiap doa, gue bakal mandangi satu persatu pakaian teman - teman gue, ciri khas yang saat itu dia kenakan untuk apa? Karena alam gak bisa diprediksi, kita gak pernah tau kapan terakhir kalinya kita ketemu teman kita.

Formasi perjalanannya seperti ini, paling depan ada; Nawa, Anas, Amel, Gue, Sapri, El, Bivak, Mamad, Arum, Ono, Dada dan paling akhir Maul, dia yang bertugas buat sweeping memastikan gak ada rombongan yang tertinggal. Diawal perjalanan di bagi 3 group. Group 1 ada Nawa, Amel, gue, Anas dan Sapri. Group 2 ada El, Bivak, Mamad dan Arum. Nah Group terakhir nih, sayang beribu sayang Ono sakit di tengah perjalanan mau gak mau Dada, Ono dan Maul ngaret sekitar 15 menit dari group yang lain. Sekitar kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya sampe juga di pos 1. Buat yang belum pernah ke Slamet, hati - hati deh banyak banget pos bayangan yang bikin sesek hahaha awalnya sih seneng tapi lama kelamaan sesek juga dikasih pos bayangan mulu:( hahaha. Di pos 1 bahagia banget karena ada yang jual semangka potong gengs, satu potongnya 3 ribu rupiah saja sodara - sodara. Pos 1 sendiri sudah berada di posisi 1950 mdpl (cmiiw), lumayan juga sih menurut gue dari basecamp - pos 1, hitungan awal itu satu jam tapi faktanya 1 jam lebih hahaha mungkin 1,5 jam. Setelah semuanya lengkap, kami melanjutkan perjalanan. Sayang sekali, lagi - lagi kami terpisah. Posisi awal masih dipandu oleh Nawa kemudian lanjut Amel, Anas, gue, Sapri. Di belakang ada El, Bivak, Mamad dan Arum, sementara 3 kawan kita masih berada di belakang.

Jujur, jalurnya bikin nangis. Mungkin untuk beberapa pendaki jalur ini masih jauh dibanding dengan jalur - jalur gunung lainnya tetapi menurut gue ini udah lumayan bikin sesek, bebatuan, tanah merah plus licin karena hujan. Gue inisiatif ngambil batang kayu buat jaga keseimbangan pas jalan. Kami sangat menyayangkan karena kami tidak membawa walkie talkie (saran aja sih, kalau ngedaki lebih dari 6 orang mendingan bawa), setelah berjalan kurang lebih 20 menit gue sampai di pos 2 bayangan, he eh bayangan. Di sana gue bertemu Amel yang tanpa Nawa. Kemana Nawa? Ternyata Amel kehilangan langkah Nawa, iya bandingin aja cuy Amel setomboy apapun tetap kalah sama langkahnya Nawa si kuli Sumatera. Akhirnya hampir 15 menit gue, Amel, Anas, Sapri dan Bivak nunggu El, Mamad dan Arum. Kami akhirnya melanjutkan perjalanan setelah memberi kertas "pesan" di pos untuk Dada, Dio dan Ono untuk menyusul ke pos 2.

Pos 2 pun akhirnya tergapai setelah 30 menit perjalanan, langkah ini lamban sekali entah mengapa tenaga rasanya seperti terkuras habis di awal pendakian. Saat di pos 2 kami akhirnya bertemu Nawa yang mengaku sudah menunggu kami hampir 1,5 jam lamanya. Saat itu jam menunjukkan pukul 11.30 WIB, cowok - cowok mulai bergantian untuk makan dan sholat. El dan Mamad yang mencoba menghangatkan diri ke kompor pedagang mendoan, gue dan Sapri yang menahan nafsu untuk ngerokok, Arum yang udah tiduran di kursi, lalu Anas dan Amel yang mulai ngeluarin makanan. Kalau ingat momen itu, rasanya mau nangis hahaha karena kami baru sadar, semua kebutuhan logistik ada di tas Ono dan ia pun gak tau ada dimana posisinya. Akhirnya kami memakan nasi dan mendoan yang kami beli di pos 2. Pukul 13.00 hujan turun, deras, sangat deras. Selang berapa lama Maul datang tapi sendiri. Seingatnya saat ia melipir buat BAB Dada dan Ono melanjutkan perjalanan, tapi entahlah sampai saat itu mereka belum kunjung datang. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 artinya kami sudah 1 jam menunggu Dada dan Ono tapi mereka tak kunjung datang. Nawa dan El akhirnya berangkat terlebih dahulu, formasi ubah total menjadi:

Nawa dan El; jalan awal, membawa 2 tenda, 1 kompor dan matras, tugasnya untuk kavling tempat di pos 5
gue, Amel, Mamad, Bivak, Anas, Arum dan Sapri; jalan di regu tengah sembari menjaga jarak agar Maul bisa mengjar kami
Maul; menunggu Dada dan Ono di Pos 2

Gue inget waktu itu logistik yang ada di kami hanya beras, mie, telur, snack biskuit. Selebihnya ada di Ono. Gue inget banget perkataan pacar gue: jangan pernah packing semua logistik di satu tas. Dan cerita pahit itu pun dimulai.

Kami sampai di pos 3 pukul 16.30 (kalau gak salah ya) pokoknya sudah mulai turun kabut, hujan masih rintik - rintik dan kami masih belum mau lepas ponco. Istirahat beberapa menit dan kami lanjut perjalanan. Kali ini kami akan menuju pos 4, kalian tau kan cerita - cerita di pos 4gunung Slamet? Gue gak akan ngejelasin lagi karena pasti kalian udah tau semuanya. Emang udah nasib ya, persis banget kami sampai di pos 4 itu pukul enam sore, artinya tepat kami sampai di pos 4 Adzan Maghrib berkumandang. Kami istirahat sekitar 5 menit di pos 4, kami juga bertemu beberapa pendaki yang hendak turun dan ada juga 2 orang yang ikut bareng kami karena mereka terpisah rombongan. Gue lupa namanya siapa, pokoknya cowok dua orang. Mereka mengaku sehabis cechking apakah masih ada tempat di pos 3, karena mereka tidak mendapat lapak di pos 5. Kami bersembilan lanjut jalan, belum ada 100 meter kami sudah disambut oleh sekawanan monyet, gue takut, pertanda apa deh? tapi gak digubris, akhirnya kami semua jalan. Masing - masing dari kami mulai mengeluarkan headlamp, tapi ya Allah kok ya kenapa headlamp gue gak mau nyala padahal baterai baru ganti.....kan sedih. Gue bener - bener kesulitan buat jalan karena gue pakai kacamata plus headlamp rusak, gue akhirnya mengandalkan bivak sebagai penerangan gue. Posisinya ada Bivak, gue, Amel, Sapri, Mamad, Arum, Anas dan dua mas - mas baru. Sumpah rasanya badan udah lelah banget, tapi ya gak bisa juga nenda karena tenda udah di Nawa dan El, kami cuma berharap kalau mereka dapat kavling di pos 5. Selang satu setengah jam, kami akhirnya tiba di pos 5, kami mengeluarkan suara "selamat datang" kepada yang lain, kami mencari keberadaan Nawa dan El, ALHAMDULILLAH MEREKA DAPAT TEMPAT:')

Kalau teman - teman pernah camp di pos 5, kalian pasti ingat ada semacam saung seng yang panjang kan? Nah tenda kami ada pesis di sorong kiri atas saung tersebut. Kala itu pos 5 ramai sekali, banyak tenda - tenda yang sudah didirikan dan jaraknya cukup rapat. Kami mendapt tempat di tanah yang tidak begitu landai, sebelumnya El dan Nawa sudah mencoba untuk menggali tanah tersebut, tapi sayang masih kalah dengan hujan. El dan Nawa mulai membantu mengeluarkan kompor dan memasak air, kami juga yang cewek - cewek dipersilahkan masuk terlebih dahulu. Pikiran gue saat itu adalah...ALHAMDULILLAH BISA GANTI CELANA:') ini pendakian kedua gue yang kering - basah - kering - basah - kering basah, tiga kali? Yes tiga kali, sama persis waktu naik ke gunung Gede. Setelah ganti baju, Bivak mulai nyamperin gue, dia menanyakan apakah gue bawa logistik tambahan? Gue bawa tapi cuma mie sama biskuit. Akhirnya yang tersedia hanya beras, telur 2 butir dan mie instant (gue lupa berapa jumlahnya). Gue dan Amel mulai masak sementara Arum beres - beres tenda, masakan udah jadi cuma ada mie, telor dan nasi hanya dalam satu nesting (tumblekin aja semua). Sendok yang masuk dari mulut ke mulut mulai memutar, sangat sedih ditambah lagi kami kebingungan dengan kondisi tiga kawan kami. Gak lama setelah dua suapan, kepala gue mulai pusing, makjang...gue lupa gue gak minum obat maagh. Entah kenapa suhu tubuh gue mulai naik, gue mual dan akhirnya muntah dibantu Amel. Anak - anak mulai panik tapi akhirnya gue cuma bilang "gapapa kok besok kalian naik aja, gue jaga tenda". Iya dengan cepat gue memutuskan untuk gak ikut muncak nanti subuh, gue tau kondisi gue udah goyang karena kalau udah maagh gue bener - bener gak mau ngeyel. Pukul 22.00 teman kami belum juga muncul, tanda - tanda pun tidak ada. Kami pasrah dan berpikir positif jika mereka camp di pos 3 (posisi ada satu tenda, satu kompor, logistik di mereka), akhirnya kami semua memilih tidur (dan kayaknya gue yang tidur paling awal karena semaput).

Sabtu, 20 April 2019.

Ada kejadian lucu di tenda gue hahahaha, jadi si El yang tidur di samping gue tiba - tiba ngigo persis di kuping kiri gue (jadi posisi tidur kita hadap - hadapan) dia ngigo "ehmm coblos yang bawah aja" sontak gue bangun dan nabok "lo ngapa dah? serem heh" wkwkwkwkwkwkwk gue yakin dia begitu gara - gara pemilu.

Alarm Amel mulai berbunyi, tandanya mereka harus siap - siap untuk muncak. Sebelumnya kemarin malam, Amel dan Bivak mencoba keliling pos 5 untuk barter logistik di tenda lain. Jadi kami memang membawa banyak snack biskuit, rencananya amel menawarkan snack itu untuk ditukar dengan mie atau telur barangkali. Tenda pertama menolak, tenda kedua kembali menolak, sampai akhirnya entah di tenda keberapa ada seorang mba - mba beserta rombongannya yang iba kepada kami. Ia memberikan mie, telur dan sawi secara cuma - cuma tanpa harus menukarkan apapun, kalau aja gue ikut saat itu gue pasti mewek hahaha baik banget. Emang ya mau bagaimanapun pertolongan dari Allah tuh ada aja jalannya.

Sebelum muncak mereka sarapan mie, telur dan sawi pemberian mba - mba semalam, oiya mba - mba itupun masih tetap menawarkan bantuan jika memang kita masih belum bertemu Ono, kita boleh ke tenda mereka untuk mengambil logistik. Gue cuma bisa duduk sambil nahan mual, awalnya gue mikir nekat aja apa ya naik toh ditahan sedikit masih bisa, puncak juga udah dikit lagi. Tapi gue inget bokap, temen - temen gue, termasuk diri gue yang mikir: iya bisa muncak, terus turunnya ki piye ndok? Mereka mulai bersiap memakai sepatu, perkiraan awal gue memang semuanya akan muncak, tapi Sapri akhirnya mengalah dan menemani gue di tenda. Kami akhirnya melepas mereka sekitar pukul 4 dini hari. Gue dan Sapri melanjutkan tidur, dia pules tapi gue nggak karena Gusti ngoroknya aduhai sekali ini bocah:') gue akhirnya terjaga sampai jam 6 pagi. Gue mencoba bangun gak mau ngikutin irama badan yang sakit, gue memasak air kemudian membuat teh dan kopi buat Sapri. Gak berapa lama bangun juga itu bocah

"sumpah ya, orang koma kalau tidur sebelah lo langsung normal lagi kayaknya" keluh gue ke Sapri,

"wkwk ya namanya juga capek cuy haha maap maap".

Gue yang hampir satu tahun di kantor, baru kali ini deep talk bareng Sapri. Ternyata kita sealiran musiknya mulai ngebahas Barasuara, si raja galau pada jamannya Secondhand Serenade, lanjut ke Maliq, MCR bahkan lagu wajib karokean yaitu HiVi, meskipun begitu karena kami sama - sama pasangan LDR kami mulai curhat satu sama lain tentang:


BETAPA BERAT MENAHAN RINDU SAAT LDR

Gak kerasa karena kelamaan ngobrol ngalur - ngindul, kami berlanjut untuk membeli nasi di saung depan yang Alhamdulillah uang transport masih gue pegang dan nasi masih banyak hehe. Kami berdua sarapan, memasak air untuk dimasukan ke termos yang bisa langsung diminum anak - anak selesai muncak.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 tapi belum ada tanda mereka kembali, mungkin medannya yang berat karena setau gue puncak Slamet itu hampir mirip dengan Semeru, iya 2 langkah maju sama dengan 1 mundur ditambah semalam itu hujan. Sekitar hampir satu jam kemudian Amel dan Nawa datang ke tenda, gila seneng banget gue akhirnya mereka selamat. Gue dan Sapri langsung cus bikinin minuman hangat, nyiapin makanan untuk mereka berdua. Selang berapa menit sisa rombongan datang. Mereka semua akhirnya makan siang, begitu juga dengan gue dan Sapri. Kami semua memilih untuk beristirahat dan mencari signal guna menghubungi Maul atau Dada, sms terkirim tapi belum ada balasan. Kami berdoa semoga ketiga kawan kami baik - baik saja. Pukul 16.00 kami memutuskan untuk turun, pun juga dengan hujan yang ikut turun menemani perjalanan "pulang" kami. Jujur gue sebenarnya gak yakin jam 7 bisa sampai basecamp, karena apa? Total kondisi kami tidak ada yang 100% fit, sekalipun Nawa yang terkuat diantara kami. Maghrib tiba saat kami berada di pos 3, kami mulai memasang kembali headlamp masing - masing, dengan gue yang masih apes karena headlamp gak bisa nyala. Kembali gue membuntuti Bivak agar gue bisa jalan dengan lancar. 

Selama di perjalanan dari pos 3 menujur pos 2, di sela semak - semak gue selalu mendengar suara - suara aneh. Gue awalnya gak ngegubris semua suara itu karena memang gue sendiri mahfum dengan kondisi badan gue yang tidak sehat, jadi gue menganggap semua suara itu hanya kehaluan gue. Lagi - lagi suara itu kedengaran jelas di kuping sebelah kanan gue,

srekkk, srekkk, kikikikkk.....

"El lo denger gak ada suara?" tanya gue,

"binatang kali, gak ada kok"

"Vak lo denger gak?" tanya gue lagi ke Bivak,

"hmm nggak sih, lu laper kali"

Oh baik berarti emang gue yang halu, kami terus berjalan sampai akhirnya sampai di pos 2. Kami istirahat cukup lama sekitar 15 menit, tenaga dipaksa untuk berkumpul karena perjalanan masih panjang. Ada opsi untuk camp kembali tapi logistik tidak ada satu pun, air hanya sisa 1lt botol aqua untuk kami bersembilan. Untuk menghilangkan dahaga kami harus cukup dengan meminum satu teguk air, bahkan kalau bisa silahkan dicampur air liur masing - masing hehehehe. Mungkin sedikit lagi kami akan sampai di titik drop masing - masing, semuanya mencoba untuk berdiri dan memaksakan jalan. Kami banyak berhenti karena lelah dan jalur yang licin, ada sekitar 3 - 5 kali berhenti ketika menuju pos 1. Sampai di pos 1 pukul 20.30 (kalau gak salah), ternyata yang mencapai titik drop paling awal adalah gue. Gue mulai meringkuk dan yang lainnya membantu gue untuk duduk, rasanya sakit banget ulu hati buat bangun aja sakit tapi gue maksa jalan

"kuat gak?" tanya Anas,

"ya mau gimana lagi? ayo jalan" jawab gue yang udah nelangsa banget hahahaha parah.

Sebelumnya saat di pos 1 kami memanfaatkan kecantikan Arum untuk meminta air di tenda sebelah HAHAHAHA, gak tanggung - tanggung sekali Arum memberikan senyuman 1lt aqua sudah didapatkan. Terimakasih mas - masnya:)

Lagi - lagi kami mencoba berjalan, badan mulai guntai, tidak ada tanda - tanda keajaiban jika dua langkah kaki kami bisa membawa kami langsung menuju basecamp hehehe (namanya juga ngarep mejik cuy). 15 menit perjalanan gue mulai blackout, parah ini yang gue takutkan, gue mulai gak bisa mengendalikan diri gue, gue pingsan.

Entah berapa lama gue pingsan sampai akhirnya bangun dan badan gue udah dilengkapi jaket dan sarung tangan milik Anas, awalnya gue hanya memakai dua lapis baju plus ponco. Gue diberi minum dan mencoba untuk mengatur nafas, gue berdiri lagi dan maksa jalan karena gak mau bikin susah semua (karena udah capek semua). Akhrinya gue jalan bareng Anas, gue jalan agak pelan, pelan, pelan dan pelan lalu gue jatuh kembali.

Mulai dari sini gue akan menulis sesuai dengan cerita teman - teman gue yang melihat gue jatuh kedua kalinya dan ternyata gue, tidak bisa mengendalikan diri sehingga dikendalikan oleh yang lain.

Menurut penuturan mereka banyak yang membantu rombongan kami untuk menolong kami, sebelumnya Mamad dan Sapri akhirnya lari turun kebawah untuk meminta bantuan, sementara Anas mencoba menghubungi Maul via SMS. Posisinya di sini mulai berpencar semua, Nawa dan Amel yang mulai terpisah semenjak di pos 1, Sapri dan Mamad yang mencoba meminta bantuan ke bawah, sementara Anas, Arum, El dan Bivak yang menjaga gue ketika pingsan. Menurut mereka selang kurang lebih satu jam, gue akhirnya digendong oleh seorang pendaki dari Bogor. Ketika itu kami papasan dengan rescue dari bascamp yang membawa tandu, gue akhirnya dimasukan ke dalam tandu. Saat ditandu gue sempat sadar dan menggigil hebat karena dingin banget, menit kemudian gue entah tidur atau pingsan kembali di dalam tandu. Saat sadar sudah banyak orang yang mengelilingi gue di basecamp, ada Maul, Dada (alhamdulillah mereka sehat), ada Anas dan juga El. Gue diberikan obat oleh Amel dan makan, lalu gue juga diberi minum sama mas - mas yang entah gue gak tau dia siapa dan darimana.

Minggu, 21 April 2019.

Gue akhirnya tertidur di basecamp di temani Maul, sementara yang lain tidur di penginapan rumah warga. Paginya kami berkumpul dan memasak logistik yang tak sempat kami masak diatas hehe. Karena susunan acara yang berantakan, akhirnya kami memilih untuk pulang dan tidak jadi berkunjung ke pemandian air panas Guci.

Setelah packing kembali, kami bergegas membayar penginapan dan memasukan barang - barang ke mobil. Kami pulang meningglkan Slamet yang kembali berkabut siang itu, gue bisa melihat puncak dari parkiran sembari meminum es teh yang mungkin akan menjadi harta yang berharga di hari Jumat dan Sabtu kemarin. Kami mulai masuk ke mobil dan percakapan pun di mulai;

"lo kenapa deh? kok bisa?" tanya Amel,

"Noooo no, besok - besok olahraga ye, awas lu" keluh Dada ke Ono,

"NGOPI ITEM GAK NIH?" sahut Maul dan semuanya mulai tertawa.





(Lanjut part 2 yes)

Comments

Popular Posts